Tenggak Miras, Tantang Warga, jadinya Rusuh seperti Ini
“Rumah yang pertama itu milik Om Acho (Ayah pelaku penikaman, red), kemudian rumah milik Ridwan, Ardin dan rumah Om Tome,” tutur seorang sumber yang enggan menyebutkan namanya ketika ditemui di lokasi rumah terbakar.
Anehnya, tidak ada satupun warga yang mau memberikan komentar ketika ditanyakan bagaimana pembakaran rumah itu terjadi. Mereka hanya mengatakan bahwa aksi itu adalah aksi spontanitas warga. Sebab, usai pemakaman, putra korban menangis dan terus mempertanyakan mengapa ayahnya dibunuh.
Anak berusia lima tahun itu melihat sendiri ayahnya bersimbah darah. Diduga hal itulah yang kemudian kembali menyulut emosi warga dan mencari rumah kerabat dekat pelaku, lalu membakarnya.
Saat dikunjungi Kapolres, AKBP Jamaludin Farti, istri korban meminta aparat kepolisian dapat memberikan sanksi berat terhadap pelaku. Ia mengatakan korban tidak akan bisa kembali, sementara pelaku masih bisa berkeliaran. Kapolres langsung berupaya memberi pemahaman bahwa perkara itu sudah ditangani polisi.
“Kita tidak pernah mau seperti ini, tapi apa mau dikata semua sudah terjadi. Kami di sini selama ini hidup rukun, tidak pernah ada kejadian begini. Saya harap bapak mengerti,” ungkap Udin Landoso, ayahanda korban dalam tangisnya, ketika bersalaman dengan Kapolres Banggai.
Almarhum Suardi Landoso, dalam kesehariannya berprofesi sebagai nelayan, Ia adalah sosok ayah yang bertanggungjawab pada keluarga. Kematian suami dari Asma ini, masih menyisahkan duka bagi seluruh keluarga.
Tak terkecuali tiga orang anaknya, yakni Tiwi, anak tertua yang kini duduk di bangku kelas 1 SMU, kemudian Wandi, kelas 6 SD, serta Haikal yang masih berusia 5 tahun.
Meskipun suasana di lokasi kejadian sudah kondusif, namun personil Satuan Sabhara Polres Banggai masih tetap disiagakan di lokasi untuk berjaga-jaga. Sementara, dua peleton Brimob dikembalikan ke markasnya.