Ternyata...Orang-orang PKI yang Merintis Sekolah Rakyat
Kurikulum belajar di SI School, sebagaimana disebutkan Tan Malaka, "bertujuan untuk memberi senjata cukup buat pencari penghidupan dalam dunia kemodalan; berhitung, menulis, ilmu bumi, bahasa Belanda, Jawa, Melayu dan dsb."
Tak semata-mata berkejar-kejaran dengan mata pelajaran, SI School juga "memberi haknya murid, yakni kesukaan hidup dengan jalan pergaulan (vereiniging)," ungkap Tan.
Terkait ini Tan Malaka menjelaskan, "pula kita tidak lupa pula bahwa ia masih kanak-kanak dalam usia mana ia belum boleh merasa sengsaranya hidup dan berhak atas kesukaan bergaul atas kanak-kanak."
Dan yang tak kalah penting, ideologi yang ditanamkan di sekolah ini. Yakni, "menunjukkan kewajiban kelak terhadap berjuta-juta kromo (rakyat kecil)."
Masih dalam artikel yang sama, di bagian penghabisan Tan menjelaskan, "di sekolah diceritakan nasibnya kaum melarat di Hindia (Indonesia kini--red) dan dunia lain dan juga sebab-sebab yang mendatangkan kemelaratan itu."
Selain dari pada itu, lanjut Tan, kita membangunkan hati belas kasihan pada kaum terhina itu dan berhubung dengan hal ini, kita menunjukkan akan kewajibannya kelak, kalau ia baligh, ialah akan membela berjuta-juta kaum proletar.
Sekolah Rakyat
Dalam perkembangannya, seiring perpecahan di tubuh Sarekat Islam (SI), karena para pentolan SI School ada di kubu SI Merah-PKI yang kemudian berganti nama jadi Sarekat Rakyat, maka nama sekolah itu ikut berganti pula menjadi Sekolah Rakyat.