Thailand Coba Kombinasi Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Karena Penularan Varian Delta Meningkat
"Banyak negara sekarang kewalahan menghadapi kenaikan kasus karena varian Delta. Dan kita sama sekali tidak bisa mengandalkan pada vaksin Sinovac saja," kata Profesor Cunningham.
"Tetapi apa yang mereka lakukan belum pernah diuji dan belum pernah dilakukan sebelumnya."
Kepala ilmuwan dari WHO, Soumya Swaminathan, mengatakan lembaganya sedang menunggu "data mengenai kombinasi vaksin di berbagai negara".
Ia juga memperingatkan agar warga atau negara tidak gegabah memutuskan kombinasi vaksin sendiri-sendiri.
Menurut epidemiolog lainnya, Hassan Vally, munculnya berbagai varian baru virus COVID-19 telah mengurangi tingkat efektivitas vaksin yang ada saat ini.
"Untuk vaksin seperti Sinovac, tingkat efektivitasnya adalah 51 persen dalam uji coba, ketika dilakukan pengetesan terhadap varian awal SARS CoV-2, dan sekarang kita melihat adanya berbagai varian baru," katanya.
"Kekebalan vaksin yang ada saat ini menjadi terhalang karena varian baru, sehingga tingkat efektivitas vaksin juga menurun. Itulah mengapa Thailand melakukan apa yang mereka lakukan saat ini, dan mengapa vaksin kurang efektif terhadap varian Delta."
Professor Cunningham mengatakan resiko penggumpalan darah yang ditemukan di vaksin AstraZeneca menjadi pemberitaan besar di Australia, namun di banyak negara lain permintaan vaksin AstraZeneca justru menjadi sangat besar karena memberikan perlindungan yang cukup tinggi.