Tony Togar Mengalami Titik Balik saat di Penjara Mako Brimob
Dalam ideologi tersebut, tugas muslim adalah berjihad untuk memulihkan keadilan sosial dan mendirikan pemerintahan berdasar hukum Allah alias khilafah. Itulah dasar pemikiran kelompok teror seperti Al Qaeda, ISIS, dan Boko Haram.
Bagi mereka, darah orang kafir atau thaghut layak ditumpahkan. Semua boleh dilakukan, termasuk kekerasan, asal demi tegaknya khilafah. ”Pemikiran itu sempat saya yakini,” kata Toni.
Pada 1996 dia pulang ke Indonesia. Awalnya, dia hanya menjadi anggota JI dan bergerak di bawah tanah. Di JI, dia ikut klan Imam Hambali, dedengkot JI yang kini ditahan di penjara Guantanamo. Semua berubah ketika kerusuhan Ambon meletus pada 1999. Peristiwa itu membuat subur gerakan Islam militan di Indonesia.
Menghubungkan kelompok Islam militan di Filipina Selatan –wilayah yang disukai kombatan Indonesia karena harga senjata di sana murah. Pendek kata, Ambon menjadi Afghanistan kedua. Direktur Yayasan Lingkar Perdamaian Ali Fauzi mengaku pernah melatih 3.000 orang di sana untuk bertempur. ”Termasuk, membuat bom,” kata Ali Fauzi, lalu nyengir.
Toni sempat aktif di Ambon. Di sanalah dia mendapat nama Toni Togar. Tidak lama kemudian dia memutuskan untuk kembali ke Medan. Untuk beraksi. Dia melakukan dua pengeboman. Yakni, pengeboman GKPI di Padang Bulan, Medan, dan serangkaian percobaan pembunuhan dengan bom yang menargetkan sejumlah pendeta di Medan. Antara lain, Pendeta Benjamin Munthe, Pendeta Banjarnahor, dan Pendeta Sitorus.
”Saat itu di kepala saya adalah membuat perimbangan saja. Sebab, di Ambon, umat Islam dibantai. Harus ada perimbangan,” kata Toni. Itu adalah aksi pertama yang dilakukan teroris Islam di Indonesia. Tak lama kemudian diikuti dengan aksi bom gereja oleh Ali Imron cs.
Namun, yang membuat namanya terkenal adalah perampokan fa’i (mengambil harta dari orang kafir) Bank Lippo pada 2003. Ketika itu, bersama dengan enam anak buahnya, dia mencegat mobil yang hendak mengisi uang di kantor cabang Bank Lippo di Medan. Selain menggasak uang Rp 113 juta, Toni cs menembak mati dua satpam dan melukai sopir mobil itu.
”Dasar pemikirannya, karena kami tidak ada banyak dana untuk melakukan aksi bom, maka harus cari uang. Nah, di situ kami ambil harta itu dari bank,” katanya dengan logat Batak kental.