Tony Togar Mengalami Titik Balik saat di Penjara Mako Brimob
Perampokan tersebut tak pernah dipecahkan oleh polisi. Aparat bingung karena tak ada satu pun anggota kelompok perampok yang dikenal selama ini yang beraksi. Toni baru tertangkap setelah Imam Samudra dibekuk atas kasus Bom Bali I pada 2003.
Ketika itu di phonebook teroris yang dieksekusi mati pada 2008 tersebut ada nama Toni. Polisi lalu menyangka Toni kepala kelompok teroris JI cabang Sumatera. Toni pun diburu.
Toni bukan tidak tahu bahwa dirinya diburu. Dia sempat berpindah-pindah tempat dari Bengkulu ke Padang. Lalu, pelariannya berakhir di Pekanbaru. Setelah itu, dia menjalani interogasi panjang. Dia pun mengakui semua perbuatannya, termasuk perampokan fa’i yang membingungkan polisi. Toni menjalani proses hukum dalam tiga kasus.
Total, dia divonis 26 tahun penjara. Dia sempat berpindah-pindah rutan. Mulai Rutan Mako Brimob, lapas di Medan, hingga terakhir Lapas Nusakambangan. Karena berkelakuan baik, dia tak sampai menjalani seluruh hukuman dan keluar dari penjara pada November 2015.
Di Rutan Mako Brimob itulah dia mengalami titik balik. ”Saya empat bulan di Rutan Mako Brimob. Sendirian ditahan di sana. Saya banyak merenung,” kenangnya. Saat merenung itu dia merasa bahwa Indonesia belum cocok disebut darul harb.
”Selain itu, saya berpikir bahwa perjuangan kami masih tidak kuat. Justru malah tidak membuat umat Islam di Indonesia bersimpati dan bergabung,” ucapnya. Dia lalu berpikir, jangan-jangan selama ini jalan pikirannya keliru. Dia lantas bertekad menjalani sisa hukuman dengan baik.
Saat keluar dari penjara, Toni sempat galau. Namun, bukan galau karena diajak ikhwan jihadi lain untuk kembali ”main”. ”Kalau itu, enggak lah. Saya tidak akan tergoda,” tegasnya. Namun, dia galau mencari pekerjaan.
Untung, selama ini istrinya punya usaha dan komunitas inang-inang (emak-emak) di pasar. Karena itu, dapurnya tetap mengepul. ”Tapi, ya tidak enak jika menggantungkan hidup kepada istri,” ucap dia.