Transplantasi Ginjal tak Perlu ke Luar Negeri, Cukup ke RS Siloam ASRI Saja
jpnn.com - JAKARTA - RS Siloam ASRI meluncurkan pelayanan unggulan transplantasi ginjal untuk menjawab kebutuhan pasien akan terapi pengganti ginjal di Indonesia.
Dengan didukung tim multidisiplin yang terdiri dari berbagai spesialis berpengalaman dan andal di bidangnya, inovasi teknologi transplantasi ginjal, sistem pengelolaan klinis serta operasional dari jaringan Siloam Hospitals, masyarakat Indonesia diharapkan tidak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan transplantasi ginjal yang optimal dan berkualitas.
Saat ini, RS Siloam ASRI telah melakukan lebih dari 200 operasi transplantasi ginjal sejak 2017 hingga sekarang, dengan 41% pasien berasal dari pulau Jawa dan 59% dari luar pulau Jawa.
Wakil Presiden Direktur Siloam Hospitals Group Caroline Riady mengatakan sebagai rumah sakit swasta yang aktif melakukan transplantasi ginjal di Indonesia, pihaknya berharap bisa mengembangkan kapasitas sebagai pusat transplantasi di masa depan. Tentunya menggunakan teknik inovatif, keahlian klinis dan riset, serta pendekatan multidisiplin untuk mendapatkan hasil klinis yang berkualitas tinggi.
“Kami berterima kasih kepada Kemenkes RI yang telah memberikan sertifikasi dan dukungan sehingga kami bisa mewujudkan visi, misi dan komitmen untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia serta berkontribusi kepada bangsa dan negara," tutur Caroline Riady pada grand launching Kidney Transplant Siloam Hospitals ASRI di Jakarta, Kamis (12/1).
Dia menambahkan bersama dengan rumah sakit pemerintah, kini RS Siloam ASRI mendapatkan pengakuan dari Kemenkes RI untuk melakukan transplantasi ginjal di Indonesia demi pemulihan kehidupan pasien gagal ginjal
Ketua Tim Transplantasi Ginjal RS Siloam ASRI Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM, menyampaikan penyakit ginjal kronik saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia dengan angka prevalensinya sekitar 10% pada orang dewasa.
Penyakit ginjal kronik yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan dan diet rendah protein akan berakhir dengan gagal ginjal yang menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien yang pada umumnya memerlukan pengobatan pengganti ginjal, yaitu dialisis atau transplantasi ginjal.