Tulisan, Bisikan, dan Jejak Ideologis Bang Buyung
Sejurus kemudian, Buyung meminta Assegaf mendekat. "Muh (sapaan akrab Assegaf, Red), titip Lembaga Bantuan Hukum ya. Saya sekarang sudah siap untuk kondisi terburuk," bisik Buyung kepada sang kolega. Assegaf mengaku kaget ketika itu. "Saya tak pernah mengira itu seperti dia pamitan kepada saya," katanya.
Assegaf menuturkan, kepergian Buyung adalah kehilangan besar bagi dunia hukum Indonesia. Namun, secara ideologis dan semangat, Buyung akan hidup selamanya.
"Jejak-jejak Buyung ada di mana-mana. Di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ada Bambang Widjojanto dan Busyro Muqoddas. Di Kejaksaan Agung juga begitu, banyak yang dididik Bang Buyung," tuturnya.
Bambang Widjojanto adalah salah seorang junior dan anak didik Buyung di LBH. Bahkan, Bambang-lah dulu yang menggantikan kedudukan Buyung sebagai ketua Dewan Penyantun YLBHI. "Kita kehilangan tokoh besar dalam bidang hukum," ujarnya.
Bambang mengenang, suatu hari Buyung pernah memprotes sikap KPK dalam suatu kasus. Protes Buyung ketika itu begitu keras. Tapi, BW -sapaan akrab Bambang Widjojanto- yang sudah sangat mengenal mentornya tersebut bisa memahami."Bang Buyung ini semua ya diprotes. Dia sosok yang pemberani," ucapnya.
Nyali Buyung yang tak pernah surut itu pernah membuat dirinya menjadi salah satu sosok yang sangat kritis kepada rezim Orde Baru. Dia, misalnya, pernah menjadi pembela Jenderal H.R. Dharsono yang didakwa terlibat kasus subversif.
Karena itulah, BW menganggap Buyung yang turut menjadi pendamping KPU dalam sengketa Pemilu 2014 sebagai sosok teladan. Sebab, dia contoh penegak hukum yang tidak koruptif. "Sosok seperti itu sudah jarang saat ini," ujarnya saat keluar dari rumah duka.
BW menuturkan, secara tersirat ada titipan dari Buyung, yakni menjaga keadilan dan kemanusiaan. "Itu yang saya dapat selama belajar dari Bang Buyung. Saya yakin ada saatnya muncul Buyung-Buyung lainnya," tutur dia.