Ulama NU Ini Sebut Budaya Sajen Tak Ada Masalah dalam Islam, Lalu Bandingkan dengan Arab
"Bagi orang yang tidak pernah menangani seperti ini, gampang saja dia sebut musyrik, bidah, karena mereka tidak bertanggung jawab dengan situasi seperti ini. Harusnya ditanya, dong. Akan tetapi, kalau cuma orang pengecut asal bilang bidah, musyrik," tutur Gus Muwafiq.
Oleh karena itu, Gus Muwafiq menilai susuk seperti contoh menanam tombak tadi merupakan bentuk survive manusia zaman dulu. Dia menilai hal itu sama seperti imunisasi campak dan Covid-19.
"Manusia memang yang terbaik, tetapi butuh perlindungan, dan itu, kan, imunisasi zaman kuno memasukkan tombak, susuk, dan lain-lain. Cara memasukkannya pakai doa, yang ini (corona, campak, dll) pakai suntikan. Kan, begitu saja sebenarnya, ada dinamika yang berubah dan ini tidak bisa dijustifikasi. Sebab, ini terkait ruang dan waktu. Biarkan saja asal semua jangan saling ganggu," lanjut Gus Muwafiq.
Gus Muwafiq mengajak masyarakat Indonesia, terkhusus umat muslim untuk saling menghormati, mempelajari, berdialog, dan tidak bertindak hanya dengan emosi semata.
Gus Muwafiq mengatakan untuk memasukkan nilai-nilai yang dianggap sebuah kebenaran membutuhkan kesabaran. Praktik yang cenderung emosional seperti membuang sesajen dan mengafir-ngafirkan suatu kelompok yang masih menjalankan tradisi sajen dan sejenisnya adalah tindakan yang tidak tepat. (tan/jpnn)