Upah Rp 3 Ribu Rupiah, Kini Buruh Bangunan Bisa Naik Haji
jpnn.com, LAMONGAN - Pasangan suami istri (pasutri) asal Lamongan, Matoyin dan Muniroh kini bisa tersenyum lega karena terdaftar sebagai rombongan haji tahun ini.
Mimpi itu terwujud berkat usaha keduanya yang gigih menabung dari jerih payah menjadi buruh angkut serta berjualan kembang.
Keseharian Matoyin adalah buruh angkut di pasar desa setempat, aktivitasnya setiap pagi hari diawali dengan berangkat ke pasar.
"Saya menjadi buruh angkut barang-barang pedagang di sana," ujarnya.
Meski menjadi buruh angkut, tetapi Matoyin memiliki hasrat besar untuk menunaikan ibadah haji beserta istrinya.
Langkahnya sudah mereka niati puluhan tahun lalu, sejak mereka masih sama-sama bujang. Pekerjaannya sebagai buruh angkut tidak menyurutkan Matoyin berkeinginan menunanikan ibadah haji ke tanah suci.
Begitu pun Muniroh, dari jerih payah berjualan kembang makam dan hasil kerja suaminya ditabungnya.
Upah menjadi buruh angkut tidaklah terlalu besar, untuk setiap sekali angkut Matoyin diupah Rp 3 ribu rupiah saja. Namun jika beruntung, maka sehari bisa membawa pulang uang yang lumayan.