3 Alternatif Ibu Kota Baru Indonesia
Nah, alternatif ketiga yaitu memindahkan ibu kota langsung ke luar Jawa, seperti contoh Brasil yang memindahkan dari Rio de Janeiro ke Brasilia, kemudian Canberra di antara Sidney dan Melbourne.
"Intinya lebih menyebarkan perekonomian Indonesia, tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang saat ini menyumbang 58 persen dari PDB tetapi juga mulai bergerak untuk membuat kegiatan tambahan di luar Jawa,” kata Bambang.
Syarat utama dari alternatif ketiga ini ialah ketersedian lahan yang luas karena pada intinya adalah membangun kota baru dengan biaya yang tidak sedikit.
“Lokasi strategis secara geografis ada di tengah wilayah Indonesia. Tengah ini memperhitungkan barat ke timur maupun utara ke selatan untuk merepresentasikan keadilan dan mendorong percepatan pembangunan khususnya wilayah kawasan Timur Indonesia," ujar Bambang.
Lahan untuk alternatif ketiga ini harus lahan yang luas milik pemerintah maupun BUMN yang sudah tersedia yang bisa dibangun, yang tidak lagi memerlukan biaya pembebasan.
Kemudian wilayah tersebut harus bebas bencana gempa bumi, gunung berapi, tsunami, banjir, erosi maupun kebakaran hutan dan lahan gambut. Jadi ini kita harus mencari lokasi yang benar-benar minimal dari segi risiko bencana. Selain itu, harus tersedia sumber daya air yang cukup dan bebas pencemaran lingkungan.
"Lokasi ibu kota baru tersebut bisa kota yang sudah existing, kota kelas menengah yang sudah existing. Maksudnya kota yang sudah punya akses mobilitas atau logistik. Misalkan tidak perlu membangun bandara baru di kota tersebut, bisa menggunakan bandara yang sudah ada demikian juga pelabuhan dan sebagian jalan connecting,” terang Bambang.
Menteri PPN/Kepala Bappenas itu mengusulkan kota tersebut tidak jauh dari pantai karena Indonesia adalah negara maritim. Sehingga sebaiknya ibu kota berlokasi tidak jauh dari pantai, tetapi tidak juga harus di tepi pantai itu sendiri.