Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Anak Tidur Ngorok, Perlukah Waspada?

Jumat, 13 September 2019 – 18:03 WIB
Anak Tidur Ngorok, Perlukah Waspada? - JPNN.COM
Ilustrasi bayi. Antara

jpnn.com - Anak ngorok saat tidur bukanlah kebiasaan yang sulit dijumpai. Faktanya, 1 dari 10 anak di bawah usia 10 tahun mengorok dengan rutin. Frekuensi ini bisa berkurang seiring bertambahnya usia. Meski kebiasaan ini terlihat sepele, pada beberapa kasus mengorok bisa menjadi penanda suatu kondisi yang lebih serius. 

Salah satu yang harus diwaspadai orang tua adalah pediatric obstructive sleep apnea(OSA) atau henti dan mulainya napas secara berulang saat tidur pada anak. Kondisi ini disebabkan oleh otot pada daerah tenggorokan secara berulang membuka dan menutup saluran pernapasan ketika tidur, dan menyebabkan anak ngorok.

OSA dapat menyebabkan gangguan tidur, gangguan kemampuan kognitif, bahkan kematian. Jadi, kapan Anda harus waspada terhadap kebiasaan ngorok pada anak saat tidur? Berikut beberapa faktor yang dapat perhatikan sebelum mendatangi dokter anak.

Ngorok sangat kuat

Mengorok adalah gejala paling sering yang ditemukan pada OSA, dan ditemukan dalam 90% kasus. Namun, tidak semua ngorok disebabkan oleh hal yang sama. Perhatikan pola ngorok anak Anda. Jika suara yang dihasilkan dimulai dengan seperti terengah-engah, sesak napas, atau disertai dengan meronta di tempat tidur, hal ini dapat menandakan adanya kondisi serius. 

Anak punya berat badan berlebih bahkan obesitas

Obesitas pada anak merupakan faktor terbesar untuk mengalami OSA. Centers for Disease Control melakukan studi selama 20 tahun terkait obesitas pada anak usia 6-17 tahun. Mereka menemukan bahwa anak yang pulang dari rumah sakit pasca rawat akibat sleep apnea meningkat hingga 436% dalam kurun waktu tersebut. 

Selain obesitas, penyebab lain yang sering ditemukan menyebabkan gangguan tidur pada anak adalah pembesaran pada amandel dan adenoid.

Frekuensi ini dapat berkurang seiring bertambahnya usia. Meski kebiasaan ini terlihat sepele, pada beberapa kasus mengorok bisa menjadi penanda suatu kondisi yang lebih serius.

Sumber klikdokter

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News