Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Bangsa Tempe

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 22 Februari 2022 – 11:08 WIB
Bangsa Tempe - JPNN.COM
Santri di Pondok Pesantren Sirajussaadah, Depok, Jawa Barat, mengolah biji kedelai guna membuat tempe. Dalam sehari, pondok pesantren itu bisa mengolah dua kuintal kedelai dan membuat tempe yang dijual Rp 6.000 per bungkus. Foto: Ricardo/JPNN.com

Hegemoni adalah sebuah konsensus yang membawa ketertundukan melalui penerimaan ideologi dari kelas yang menghegemoni dari kelas yang terhegemoni. Hegemoni bukan hubungan dominasi yang menggunakan kekuasaan, tetapi hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologi.

Terdapat dua model penguasaan, satu melalui dominasi atau penindasan dan satunya melalui kesadaran moral. Hegemoni berlangsung seolah tanpa pemaksaan, tetapi dengan penerimaan.

Penggunaan dolar Amerika sebagai alat tukar global adalah jenis hegemoni yang paling nyata. Tidak ada yang memaksa negara-negara untuk bertransaksi dengan dolar, semua melakukannya dengan suka rela.

Negara-negara dengan sukarela menjadi bagian dari organisasi internasional seperti IMF (dana moneter internasional), WTO (organisasi perdagangan internasional), atau WHO (organisasi kesehatan dunia), dan dengan sukarela mengikuti aturan-aturannya.

Dalam situasi pagebluk Covid-19 sekarang ini WHO menjadi superbodi paling berpengaruh di dunia. Aturan apa pun yang dikeluarkan oleh WHO ditaati dengan penuh takzim. Tidak ada pemaksaan, semua dilakukan dengan sukarela.

Indonesia dengan sukacita menjadi bagian dari negara-negara G-20, dan sekarang dengan bangga menduduki posisi kepresidenan. Semua aturan main sudah disepakati bersama oleh 20 anggota tanpa ada paksaan, semua dilakukan dengan sukarela.

Prinsip-prinsip perdagangan bebas sebagai bagian dari ‘’The Washington Consensus’’ dijalankan dengan penuh ketaatan oleh semua anggota.

Ada prinsip kesetaraan di antara seluruh anggota. Namun, tentu ada kesetaraan yang lebih tinggi bagi negara-negara besar, dan kesetaraan yang lebih rendah bagi negara-negara ‘’junior partner’’ seperti Indonesia.

Sebutan bangsa tempe yang dibuat oleh Bung Karno terasa sangat ironis sekarang. Rasanya kita ini memang bangsa tempe yang lembek.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close