Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ber-(Usaha)-Hijrah ke Syariah

Oleh Indah P. Nataprawira*

Rabu, 14 April 2021 – 18:08 WIB
Ber-(Usaha)-Hijrah ke Syariah - JPNN.COM
Indah P. Nataprawira. Foto: dokumentasi pribadi for JPNN.com

Misalnya, konsep bagi hasil yang dalam Islam dikenal dengan istilah mudarabah. Sesungguhnya konsep mudarabah telah dipraktikan oleh masyarakat, khususnya di Jawa, yang secara turun-temurun menerapkan konsep paroan atau paruhan yang maknanya berbagi keuntungan antara pemodal dan pekerja.

Baca Juga:

Hal itu lazim dipraktikan dalam penggarapan lahan pertanian di desa-desa. Petani penggarap menggarap sawah milik si empunya lahan. Ketika panen, hasilnya dibagi dua atau paruhan.

Selalu ada prinsip yang menjadi ciri mengikat, yakni keadilan dan pemerataan, berkah dan maslahat. Semua itu merupakan manifestasi dari konsep syariah.

Dalam konteks kekinian, jika anak kantoran yang gajinya habis buat ke mal demi pergaulan ataupun mahasiswa yang tinggal di indekos kehabisan uang jatah bulanan karena menyeruput kopi di gerai kopi waralaba tetapi menganggap kopi starling (akronim dari starb**ck keliling, red) sebagai minuman kuli, berarti di situ kita sedang menghadapi anomali.

Salah satu spirit syariah dalam ekonomi ialah berbagi berkah pada yang di bawah. Oleh karena itu, untuk memapankan ekonomi syariah meniscayakan perubahan mindset anak bangsa di perkotaan maupun pedesaan. Ini jelas pekerjaan rumah level negara.

Dengan demikian, totalitas dalam bersyariah secara ekonomi tidak hanya soal menabung di bank, bukan pula sekadar beli sampo biar pakai hijab serasa dilengkapi pendingin udara (AC), ataupun biar 'berpupur tetapi imannya gak luntur.

Bersyariah yang total itu meliputi pasar keuangan di luar perbankan, ada asuransi dan investasi. Produk halal dari sampo sampai terasi perlu diberi hati karena kategori syar’i tak boleh didominasi oleh pelaku industri skala besar saja.

Manfaat 'halal' itu harus dapat dirasakan bersama. Industri anak negeri perlu difasilitasi supaya mampu berdiri sama tinggi dengan kelompok berkapital besar.

Saat wabah pandemi Covid 19 melanda negeri, kita sebagai makhluk ekonomi mendadak kembali jadi makhluk sosial lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close