Bermaksud Olah Buah Anggur Malah Jadi Bom
Minggu, 07 April 2013 – 00:16 WIB
Namun, takdir berkata lain. Adrian mau tidak mau harus meneruskan usaha katering keluarga sepeninggal kedua orang tuanya. Dia merasakan jatuh bangun dalam usahanya. Dia pernah gagal mengembangkan restoran di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Tapi, dia kemudian membuka Restoran Magali di kawasan Jakarta Selatan dengan menu-menu otentik khas Indonesia. Dari sinilah bisnisnya mulai berkembang.
Meski begitu, capaian itu tidak lantas membuat penyuka musik bergenre hi-tech experimental tersebut cepat puas. Dia ingin terus mengeksplorasi menu-menu yang lain daripada yang lain. Maka, Andrian lalu tenggelam berselancar di internet. Jarinya bergerak di atas keypad komputer tablet yang ditentengnya ke mana-mana, mengetik alamat situs yang memuat review tentang the best restaurant in the world (restoran terbaik di dunia). Hasilnya, muncullah nama El-Bulli di urutan pertama. Itu adalah sebuah restoran di Catalonia, Spanyol, yang menyajikan menu molecular gastronomy.
Molecular gastronomy merupakan studi ilmiah mengenai gastronomi atau cabang ilmu yang mempelajari transformasi fisiokimiawi dari bahan pangan selama proses memasak dan fenomena sensori saat mereka dikonsumsi. Dari situ, Adrian mulai terpikat. Dia pun mempelajari ilmu sendiri (otodidak). Buku-buku karya maestro molecular gastronomy dunia dilahapnya. Di antaranya, Modernist Cuisine karya Ferran Adria dan On Food and Cooking karya Harold McGee.