Budi Legowo UNS: Metode Simulasi Cocok untuk Integrasi Kurikulum Pengurangan Risiko Bencana
Budi Legowo dan Sri Mulyani di SDN 3 Sambongbangi. Foto: Istimewa for JPNN.com
Kegiatan P2M (Pengadian Pada Masyarakat) ini diikuti oleh 25 guru di SDN 1 dan SDN 3 Desa Sambongbangi Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Hadir sebagai peserta peninjau Kepala Sekolah SDN 2 dan SDN 4 Sambongbangi. Sebagai upaya pelibatan pemangku kepentingan di lingkungan mitra, hadir juga Korwilcam Bidang Pendidikan dan Pengawas TK/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Kradenan.
“Upaya mitigasi bencana dengan sasaran siswa sekolah dasar dengan usia 6 - 12 tahun diharapkan dapat menjadi perilaku dan karakter siaga bencana,” ujar Budi Legowo.
Mengapa kegiatan P2M dilakukan di kedua SD tersebut? Sri Mulyani menjelaskan, Desa Sambongbangi, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 54 mdpl. Secara geohidrologi masuk dalam rangkaian pegunungan kapur utara. Edapan kapur mendominasi lapisan pada kedalaman ± 50 meter di bawah permukaan tanah.
“Hal tersebut menyebabkan potensi bencana kekeringan, pergerakan tanah dan kebakaran sangat besar,” terang Bu Yani, panggilan akrabnya.
Hasil pendampingan dan pelatihan menunjukkan guru kelas masih kesulitan dalam mengintegrasikan Pengurangan Risiki Bencana (PRB) dalam kurikulum kelas. Hal ini ditunjukkan dengan masih kurangnya penggunaan lingkungan belajar sebagai bahan dan atau media penanaman karakter pengurangan risiko kebencanaan.
Kebiasaan menggunakan buku baku dalam kurikulum yang bersifat adminstratif menyulitkan masuknya unsur baru dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan luar kelas yang rutin dilakukan sekolah, seperti tanam-siram dan bersih-sampah memiliki potensi sebagai media penanaman karakter PRB pada siswa.
Dibutuhkan waktu dan pembiasaan bagi guru untuk menggunakan lingkungan dan kegiatan sekolah sebagai bagian tak terpisahakan dalam upaya integrasi kurikulum PRB SSB.