Cerita Kehidupan Warga Indonesia Menjalani Lockdown Lebih Ketat di Melbourne
"Karena setiap hari harus bangun jam 4:30 pagi, jadi diatas jam 8 malam week day, saya biasanya enggak keluar rumah, udah ganti pijama siap-siap ke pulau mimpi," ujar Yennie Bonnie dari Balwyn North.
Cucu Juwita di Weribee juga menyambut aturan 'curfew' waktu beraktivitas di luar, karena ia berharap bisa mengurangi interaksi orang-orang meski merampas 'kebahagiaan'.
"Saya merasa kasihan dengan orang-orang muda yang sering pergi dan makan di luar, mereka pasti merasa terampas kebahagiaannya, apalagi kalau rumahnya di unit atau apartemen kecil, bisa jadi jenuh menghabiskan waktu malam yang panjang."
Seperti yang dirasakan oleh Amandeo Aderisan yang tinggal tepat di pusat kota Melbourne.
"Paling kangen makan Halal Snack Pack, biasanya baru mau makan itu sudah malam, kalau sore kurang asyik," ujarnya, yang sekarang sudah menyiapkan juga makanan di rumahnya.
Tapi, Brainly Daniel Sondakh dari Noble Park mengatakan aturan ini tidak masuk akal, menurutnya seharusnya diberlakukan di siang hari, di mana lebih banyak orang beraktivitas.
Beraktivitas hanya bisa sejauh lima kilometer
Warga Indonesia pemilik restoran, Juli Santoso di Carlton merasakan dampak dari pembatasan aktivitas lima kilometer bagi usahanya.