Imunisasi MR Sangat Penting, Ini Penjelasan Lengkap
Dia mengatakan sempat beredar isu bahwa sel manusia diambil dari janin hasil aborsi. Namun dia mengatakan regulasi riset biomedis dengan penggunaan hewan, apalagi janian, harus melalui audit dan persetujuan komite bioetik. Proses persetujuannya sangat ketat. ’’Jadi tidak mungkin hal itu (penggunaan janin hasil aborsi, Red) dilakukan dalam program pembuatan vaksin,’’ jelasnya.
Maksum mengatakan saat ini sedang dikembangkan produksi vaksin dengan menghindari ketiga zat atau komponen itu. Namun masih memerlukan waktu riset yang cukup panjang. Mulai dari tahap penelitian biomedik, cara produksi, hingga uji klinik.
Meskipun begitu dia optimis peluang adanya vaksin halal yang dikembangkan oleh Biofarma tetap terbuka. Begitupun di Malaysia saat ini juga kerjasama dengan Arab Saudi terkait komitmen membuat vaksin halal.
Ahli Mikrobiologi Klinik Prof Amin Soebandrio menuturkan hingga saat ini enzim dari babi memang dipakai untuk pembiakan vaksin. Lantaran dinilai lebih efisien dan lebih bagus hasilnya. Memang sedang dicari media tanpa menggunakan protein hewan. Misalnya dari tanaman.
”Tapi enzim babi lebih murah dan mudah didapatkan. Pertumbuhan sel juga lebih bagus,” ujar Prof Amin saat kepada Jawa Pos, kemarin (21/8).
Guru besar dari Universitas Indonesia itu menuturkan saat dijadikan vaksin dan diberikan kepada manusia, sebenarnya sudah vaksin tersebut sudah dimurnikan dari babi. Tapi karena dianggap pernah bersentuhan dengan babi maka dianggap jadi haram. ”Kalau sudah jadi vaksin sudah dibersihkan,” tambah dia.
Di sisi lain, PT Bio Farma saat ini tengah mengembangkan produk vaksin MR (Measles Rubella) yang tidak menggunakan bahan berunsur haram atau najis dalam proses produksinya. Produk tersebut diharapkan mampu mengganti produk vaksin MR yang digunakan untuk imunisasi.
Sebab, memang baru ada satu produsen vaksin MR dari India (SII) yang sudah memenuhi syarat berdasarkan aspek keamanan, kualitas dan keampuhan produk sesuai standar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).