Ke Iran setelah 30 Tahun Diembargo Amerika (3)
Tahan Banting dengan Tradisi Keilmuan dan BazariRabu, 11 Mei 2011 – 16:56 WIB
Secara teknis ini jauh lebih mudah pengambilan gasnya daripada, misalnya, gas bawah laut Indonesia di Masela, di laut Maluku Tenggara. Memang masih ada kendala ekonomi yang mendasar. Defisit anggaran masih menghantui, subsidi masih besar, laju inflasi masih tinggi, dan akses perdagangannya masih terjepit oleh sanksi Amerika. Inflasi yang tinggi itu akibat naiknya harga bahan makanan, gas, dan BBM.
Bahkan, akibat inflasi itu Iran harus mencetak mata uang dengan pecahan lebih besar daripada rupiah. Kalau pecahan rupiah paling besar Rp 100.000, real Iran terbesar adalah 500.000 real (1 real hampir sama dengan Rp 1). Bahkan, ada juga real lembaran 1.000.000 meski penggunaannya hanya di lingkungan terbatas.
Seperti Indonesia, Iran juga berencana menghapus empat nol di belakang real yang terlalu panjang itu. Hanya, penghapusan nol tersebut baru dilakukan setelah inflasinya stabil kelak. Itulah sebabnya, pemerintah Iran kini mati-matian memperbaiki fondasi ekonominya. Tahun lalu parlemen Iran sudah menyetujui dilaksanakannya ”reformasi ekonomi”. Sebuah reformasi yang sangat penting dan mendasar.