Kementan: Dulu Kita Impor Jagung, Kini Sudah Ekspor
jpnn.com, JAKARTA - Jagung merupakan salah satu komoditas penting bagi sumber penghidupan masyarakat dan perekonomian nasional. Mengingat hal itu, pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan produks jagung, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional. Terutama untuk industri pakan ternak maupun untuk beralih status dari negara importir menjadi eksportir jagung.
Biro Humas Kementerian Pertanian (Kementan) melaporkan pada tahun 2015 Indonesia impor jagung sebanyak 3,5 juta ton dengan nilai Rp 10 triliun, suatu jumlah devisa yang bukan main besarnya. Andaikan nilai devisa itu bisa dihemat atau bahkan sebaliknya bisa didapatkan dari hasil ekspor jagung, maka tentu saja kehidupan petani akan semakin sejahtera dan perekonomian nasional akan semakin baik dan kuat.
Cahaya terang ke arah itu semakin tampak manakala pada tahun 2018 ini Indonesia berhasil mulai melakukan ekspor jagung.
Menuju swasembada jagung pada tahun 2017 dan ekspor jagung pada tahun 2018 bukan tanpa tantangan. Statistik impor jagung pada periode tahun 2010-2014 dapat menggambarkan betapa tidak mudah untuk melepaskan diri dari ketergantungan impor jagung.
Pada periode lima tahun tersebut nilai impor jagung sangat variatif dengan laju pertumbuhannya mencapai 15,72 persen per tahun. Total nilai devisa yang digunakan untuk impor jagung selama 5 tahun tersebut mencapai USD 3,57 miliar. Nilai impor jagung tertinggi pada periode tersebut adalah pada tahun 2011 (USD 1 miliar) dan tahun 2013 (USD 900 juta).
Tiga negara terbesar asal impor jagung kita pada saat itu adalah Brasil (38,51 persen), India (34,58 persen), dan Argentina (22,24 persen).
Pada periode tahun 2010-2014 tersebut, Indonesia juga sudah melakukan impor jagung dalam jumlah yang terbatas.
Nilai ekspor jagung selama 5 tahun tersebut mencapai 63,5 juta US$ dengan rata-rata laju pertumbuhannya cukup kecil, 4,42 persen per tahun.