Kiat Sukses Rizal Ramli untuk Bangkit dari Keterpurukan Ekonomi
Karena itu, kata dia, demi membangkitkan kembali sektor properti yang terpuruk pascakrisis, tim ekonomi pada April 2001 meluncurkan kebijakan restrukturisasi utang bagi para pengembang properti. Kemudahan ini lebih diutamakan kepada para pengembang rumah sangat sederhana (RSH).
“Akibat kebijakan ini nilai kapitalisasi bisnis sektor properti naik dari Rp 9,88 triliun (2001) menjadi Rp 12,99 triliun (2002) dan Rp 26,95 triliun (2003). Akhirnya menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di era pasca-Gus Dur,” ungkapnya.
Pada era Gus Dur, lanjut Rizal, jumlah UKM yang terbelit kredit macet di perbankan mencapai 14 ribu unit usaha. Tim ekonomi pada 2000 meluncurkan kebijakan memotong utang pokok UKM dan bunganya sebesar 50 persen asalkan dibayar dengan tunai.
Menurutnya, kebijakan restrukturisasi utang UKM ini berkontribusi menambah keuntungan Bank Mandiri Rp 1 triliun pada 2001.
Restrukturisasi utang juga diperoleh pelaku usaha tani di era Gus Dur. Bila luas lahan yang dimiliki petani kurang dari 0,5 ha, petani mendapatkan potongan utang pokok 50 persen. Bila luas lahan 0,5-1 ha, potongan utang pokok 35 persen. Bila luas lahan lebih besar dari 1 ha, potongan utang pokok sebesar 25 persen.
Rizal menjelaskan di era Gus Dur, terjadi pemisahan manajemen silang dan kepemilikan silang di tubuh PT Indosat dan PT Telkom. Tim ekonomi Gus Dur ingin agar antara kedua perusahaan ini berkompetisi secara fair, meninggalkan kerja sama terselubung yang selama ini dipraktikkan keduanya.
“Kebijakan ini menyebabkan negara mendapatkan Rp 5 triliun tanpa menjual selembar saham,” tegasnya.
Rizal menjelaskan, pada awal Juli 2001 terjadi rush d BII yang awalnya hanya puluhan miliar kemudian mencapai Rp 500 miliar.