Krisis Pendidikan Nilai di Tingkat Dasar dan Menengah di Indonesia
Akibatnya, kesadaran sosial mereka juga rendah, termasuk dalam hal penghargaan terhadap keanekaragaman dan kepedulian terhadap orang lain.
Pendidikan nilai seharusnya tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, namun juga melibatkan orang tua. Namun, banyak orang tua kurang terlibat dalam membimbing anak-anak mereka mengenai nilai-nilai moral di rumah, yang semakin memperparah krisis ini.
Faktor lingkungan yang negatif terbukti sangat berpengaruh, misalnya tekanan sosial dan ekonomi, juga berdampak pada krisis pendidikan nilai. Ketimpangan sosial-ekonomi dapat memperburuk kondisi pendidikan, di mana nilai-nilai solidaritas, kesetaraan, dan keadilan sosial sering kali terabaikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Persoalan krisis di atas perlu diatasi segera. Pendidikan karakter diharapkan menjadi bagian inti dari kurikulum, tidak hanya sebagai tambahan. Untuk mendukung hal tersebut, perlu melibatkan integrasi nilai-nilai moral seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, empati, dan solidaritas dalam pembelajaran sehari-hari.
Program-program pendidikan karakter yang dihubungkan langsung dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari dapat memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya nilai-nilai ini dalam dunia nyata.
Sekolah seharusnya aktif dalam memfasilitasi pemahaman siswa terkait penggunaan teknologi secara etis.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyusun pedoman penggunaan media sosial yang sehat, serta memberikan bimbingan tentang dampak negatif dari konsumerisme dan individualisme yang kerap dipromosikan oleh media digital (Putri, 2021).
Pendidikan literasi digital juga penting dalam membekali siswa menghadapi tantangan era teknologi secara bijaksana (Santoso, 2020).