Luar Biasa! Pensiunan Buka Usaha Sendiri, Omzet Rp 70 Juta per Minggu
Kata dia, awalnya dirinya hendak membangun usaha makanan ringan dari hasil bekerja setelah pensiun dari sebuah perusahaan asing. Dia lantas memilih kacang sangria.
Gagasan itu pelan-pelan dia wujudkan, dengan memulai membeli kacang tanah berkilo-kilogram untuk dijadikan kacang sangrai.
”Dua tahun saya bangun belum memiliki hasil. Ya baru sampai di daerah ini saja penjualannya karena memang peminatnya masih kecil. Apalagi, kacang sangria masih dianggap cemilan teman minum kopi sama warga,” ujarnya saat menunjukan pembuatan kacang sangrai tersebut.
Asap tipis mengepul dari bilik bambu, bangunan setengah permanen yang jadi pusat pengolahan kacang sangrai. Dari luar, langkah kaki Indopos ini disambut tumpukan meninggi gelondongan kayu untuk bahan memasak yang tersusun rapi.
Begitu memasuki bilik bangunan, terlihat banyak kesibukan. Di ruangan yang cukup luas ini, dua pekerja sibuk memasak kacang tanpa minyak di penggorengan yang besar dengan pembakaran tungku kayu bakar.
Ma’mun kembali bercerita, kebangkitan produk rumahan kacang sangrai menanjak pada 2013 lalu. Saat itu dia mendapatkan ilmu meracik kacang tanah tersebut menjadi nikmat dan gurih saat dikonsumsi. Hanya saja, dia enggan menyebutkan racikan itu dengan alasan rahasia perusahaan.
Dari puluhan kilogram kacang tanah yang diracik Ma’mun, sejak tahun 2014 lalu meningkat menjadi satu ton. Kacang itu pun mulai diedarkannya bukan hanya di Kota Tangsel saja melainkan juga ke sejumlah daerah seperti Depok, Jakarta, dan Bekasi.
”Sekarang saya sanggup memproduksi kacang sangrai sebanyak empat sampai lima ton seminggu. Kalau bahan baku kacang kulit sedang sulit diperoleh, paling cuma produksi tiga ton per minggu,” katanya sembari menunjukan lokasi penjemuran kacang tanah sangrai itu.