Rusia, Mantan Adidaya yang Masih Terganggu Chauvinisme
Petugas Tarik Pungli, Lupa Pelototi BomMinggu, 30 Januari 2011 – 18:49 WIB
Mencoba meredam tensi, Perdana Menteri (PM) Vladimir Putin turun tangan. Dia sengaja menemui para pengunjuk rasa, yang sebagian besar adalah pemuda ultranasionalis dan skinhead. Bahkan, politikus 58 tahun tersebut ikut meletakkan karangan bunga di makam suporter sepak bola yang tewas. Sayang, aksi simpatik Putin itu justru membuat warga semakin chauvinistis dan cenderung rasial. "Rusia untuk (etnis) Rusia," seru mereka. Serangan balasan terhadap etnis Kaukasia pun tak terelakkan.
Faktor rasial itu juga muncul dalam investigasi insiden maut di Domodedovo yang mengakibatkan sedikitnya 180 orang terluka. Meski belum ada individu atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, tudingan mengarah kepada militan muslim Kaukasus Utara, yang tentunya beretnis Kaukasia. Berpijak pada serangkaian konflik antaretnis yang terjadi, sejumlah pakar keamanan pun yakin bahwa ledakan bom bunuh diri itu dilancarkan oleh militan muslim Kaukasus Utara.
Putin pun, sepertinya, membenarkan tuduhan sebagian masyarakat Rusia tersebut. Rabu lalu (26/1), dia membantah anggapan tentang keterlibatan kelompok separatis Chechnya dalam ledakan bom bunuh diri di Domodedovo. "Tidak ada tanda-tanda keterlibatan militan Chechnya," ucap dia seperti dikutip Agence France-Presse kala itu. Karena itu, investigasi yang sampai sekarang masih berlangsung lebih difokuskan kepada militan muslim Kaukasus Utara. Khususnya, Nogaisky Dzhamaat atau Brigade Nogai.