Sukardi Meninggal Saat Sujud Salat Asar di Masjid Nabawi
”Terakhir bersama bapak ya di lift, waktu berangkat salat Asar di Nabawi itu. Bapak orangnya memang begitu,” kata Sugiarti, lantas terdiam. Dia tak sanggup meneruskan kalimatnya. Setelah menghela napas panjang, barulah Sugiarti melanjutkan cerita.
Sukardi adalah pensiunan pegawai swasta di Jakarta. Pria dari Klaten itu menikahi Sugiarti pada 1984. Pernikahan mereka dikaruniai dua anak. Pada 2011 atau empat tahun sebelum pensiun, Sukardi mendaftar haji bersama istrinya. ”Sejak dulu, cita-cita kami memang pergi haji berdua,” katanya.
Di masa penantian itu, Sukardi sakit jantung. ”Sebenarnya, oleh dokter mau dipasangi ring, tapi alatnya nggak bisa masuk. Akhirnya, dikasih obat saja,” bebernya.
Sukardi dan Sugiarti akhirnya sama-sama pasrah. Mereka berharap mendapat jalan terbaik saat datang ke Tanah Suci. ”Mungkin inilah jalan terbaik itu. Suami meninggal saat salat di Masjid Nabawi,” katanya.
Sugiarti kini tetap melanjutkan ritual hajinya. Namun, dia harus menjalaninya seorang diri. ”Mau gimana lagi. Saya harus terus melanjutkan hidup bersama anak-anak,” katanya, lirih.
Sementara itu, berdasar data Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Sukardi adalah jamaah pertama yang meninggal di Tanah Suci. Direktur Instalasi Gawat Darurat KKHI Madinah dr Muhammad Yanuar mengatakan baru menerima certificate of death (COD) dari RS Arab Saudi pada 18 Juli 2018 pukul 23.00.
”Kami tidak tahu penyebab kematiannya karena tidak melakukan otopsi. Tapi, berdasar COD, tertulis cardiac arrest atau henti jantung,” jelasnya.
COD itu lantas ditindaklanjuti dengan memeriksa buku kesehatan Sukardi. Tercatat, Sukardi ternyata mengidap hipertensi (tekanan darah tinggi). Dia juga masuk kategori haji yang istitha'ah (mampu) tapi dengan pendampingan. ”Kan dia berhaji didampingi istri,” katanya.