Badan Bahasa Kemendikbudristek Bedah Dua Buku Kumpulan Puisi, Begini Penjelasannya
“Menulis puisi bagi saya adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat nikmat yang tercurah atas akal pikiran (qalbu) sehingga dapat menuangkan segala apa yang dirasakan, apa yang dilihat, dan apa yang saya alami. Meskipun puisi-puisi yang saya rangkai tidaklah seindah syair para pujangga, namun saya merasa amat bahagia dapat mewujudkan buku kumpulan puisi ini. Alhamdulillah ya Allah rasanya sejuta rasa,” papar Ning.
Buka Ruang Merenung
Sebagai orang yang mengenal dekat Idrus F Shihah dan pernah menjadi juri ajang Khatulistiwa Award yang terakhir (2021), Prof Jeffry mengungkapkan dirinya merasa kembali senang ketika terbitnya buku sajak dari Idrus ini yang menampilkan bukan saja tema-tema lokal, tetapi juga tema-tema universal.
Dengan kata lain, untuk buku sajak milik Idrus ini agak berbeda.
Seperti yang ditulisnya dalam endorsement, bahwa jika diperhatikan kata Jeffry, Idrus Shahab sudah menulis sajak tahun 1986, tetapi ada jeda panjang yang membuatnya menyimpan semua peralatan kata-katanya itu di lacinya.
Mungkin laut telah menjauhkan jarak pena di tangannya. Perjalanannya sebagai seorang jurnalis justru telah mengasah rasa batinnya semakin dalam dan menjadikannya sangat mudah menumpahkan ingatan-ingatan pengalamannya dalam helai-helai kertas yang sekarang telah menjadi sebuah kumpulan buku sajak yang ciamik ini.
“Beruntung kini kita dapat mendengar lagi senandung serulingnya dari seorang yang tak pernah lupa di laci sebelah mana disimpan sajak-sajaknyanya itu. Menariknya dari buku sajak ini, kita seakan diberi ruang untuk merenungkan berbagai persoalan keseharian, kesejarahan, termasuk merenungkan persoalan di mana catatan reformasi Indonesia itu sekarang berada,” ujar Jeffry.
Sekiranya buku sajak ini diterbitkan pada tahun 2020 dan dikirim dalam penjurian Khatulistiwa Award, bisa jadi Jeffry dan rekan juri yang lain akan mempertimbangkan buku sajak Bung Idrus ini masuk dalam daftar nominasi, bukan karena saya kenal dengan penulisnya, tetapi karena ada keunikan yang membedakan dengan gaya, cara dan konten tematik dari buku sajak yang lain.