Belajar Menanggapi Ancaman Perubahan Iklim dari Keluarga Migran di Australia
Penelitian Dr Zhang dari University of Sydney sudah menunjukkan risiko kalangan migran di tengah perubahan iklim, yang bisa berdampak fatal.
"Kita melihat banyak orang meninggal karena suhu cuaca terlalu panas. Gelombang panas di Australia membunuh orang dibandingkan bencana alam lainnya," jelasnya.
"Jika kita bandingkan kematian dan jumlah orang yang masuk rumah sakit karena gelombang panas, maka mereka yang berisiko lebih tinggi adalah komunitas migran."
"Pemerintah Federal Australia saat ini tidak sadar betapa pentingnya perubahan iklim pada seluruh warga, ekonomi, kesinambungan secara keseluruhan."
Secara sejarah, Australia mendapat skor rendah dalam menanggapi perubahan iklim, misalnya saja dalam laporan terkini dari PBB, UNICEF, dan Laporan Lancet, Australia berada di rangking 174 dalam indeks kesinambungan.
Di indeks performa perubahan iklim tahun ini, sebuah laporan tahunan soal pengurangan emisi dengan melihat 61 negara yang bertanggung jawab terhadap 90 persen emisi gas rumah kaca, Australia berada di peringkat 56, hanya satu peringkat di atas Iran.
Tapi juru bicara untuk Menteri Energi dan Pengurangan Emisi Australia menolak laporan tersebut dan mengatakan laporan itu "mengabaikan fakta dan statistik".
"Perjanjian Paris 2030 dengan target mengurangi emisi hingga 26-28 persen dibandingkan 2005, per kapita, lebih ambisius dibandingkan yang ditargetkan negara-negara Eropa, Jerman, Kanada, Selandia Baru, Jepang," ujarnya.