Kakak Sofwati
Oleh: Dahlan IskanKakak senang saya menuruti keinginannyi masuk IPMI. Apalagi sudah magang di Mimbar Masyarakat Samarinda.
Kakak ternyata sudah punya anak: satu, laki-laki. Namanya Andi. Saya gendong ia. Saya ajak main ia. Hanya satu hari.
Saya juga bertemu Mas Husein. Masih juga selalu membawa badik. Saya pun kembali ke Samarinda. Putus hubungan lagi.
Kelak, dari kakak sulung saya dengar: Mas Husein diangkat jadi pegawai negeri dengan tempat tugas di Jambi.
Mbak Sofwati ditinggal dulu di Madiun –belum bisa ikut pindah karena terikat sebagai guru agama di SDN Negeri di Madiun.
Dari kakak sulung pula saya mendengar Mbak Sofwati meninggal dunia. Di Jambi. Kabar duka itu baru sampai ke Samarinda hampir sebulan kemudian.
Surat lewat pos adalah satu-satunya alat komunikasi saat itu. Sebenarnya ada juga telegram. Yang bisa sampai dalam sehari.
Namun, saya tidak tahu mengapa hanya disampaikan lewat surat. Kalau pun ditelegram, toh tidak ada yang bisa melayat ke Jambi.